Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pendakian Gunung Lawu Via Cetho (Eksotisme Hamparan Savana)

 

Foto : Gerbang jalur pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho/ Alfan Yosifu

Banyak gunung di Indonesia yang menawan. Salah satunya adalah gunung yang berada di perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur ini. Ya, Gunung Lawu yang memiliki ketinggian 3265 meter diatas permukaan laut (mdpl). Tak heran jika banyak pendaki yang melakukan pendakian ke Gunung Lawu karena salah satunyaterdapat hamparan savana yang begitu eksotis.
    

Gunung yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur ini, berada di antara tiga kabupaten yaitu Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Gunung Lawu merupakan salah satu gunung Vulkano tersbesar di Jawa menurut Stephen Backshall  dalam buku bertajuk “Indonesia” tahun 2003. Status gunung ini adalah gunung api "istirahat" yang diperkirakan terahkir meletus pada tanggal 28 November 1885 dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi.

Foto : Padang Savana Gunung Lawu /Alfan Yosifu


Gunung Lawu memiliki tiga puncak yakni Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan puncak tertinggi bernama Hargo Dumilah. Terdapat tiga jalur yang cukup populer dan sering digunakan oleh para pendaki yaitu Cemorokandang yang berada di Tawangmangu, Candi Cetho di Karanganyar, Jawa Tengah, serta Cemorosewu yang terletak di Sarangan, Jawa Timur. Akan tetapi masih ada jalur lain yaitu via jogorogo dan via singo langu.

     Mata Budaya akan membagikan ulasan, estimasi waktu, beserta tips untuk melakukan perjalanan pendakian Gunung Lawu Via Candi Cetho :



✓ BASECAMP CANDI CETHO
    Pada pendakian kali ini, jalur yang dipilih oleh tim yaitu via Candi Cetho. Terletak di lereng Gunung Lawu pada ketinggian 1496 m di atas permukaan laut, dan secara administratif berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar.
Basecamp Reco (Relawan Ceto) ini berada satu kawasan dengan area wisata Candi Cetho. Fasilitas yang tersedia juga lumayan komplit seperti kamar mandi, warung makan, tempat istirahat dan juga mushola. Selain itu, kita juga dapat berselfi ria di depan pintu masuk atau di samping kawasan candi. Jangan heran jika disini kita menemui dua ekor anjing yang suka berkeliaran, anjing-anjing tersebut sudah jinak dan malah bersahabat dengan para pendaki ataupun wisatawan.

✓ PETA PENDAKIAN GUNUNG LAWU VIA CANDI CETHO
    Jalur pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho merupakan jalur yang terkenal dengan savana yang sangat indah. Cocok sekali untuk para pendaki yang senang ataupun hobby memburu spot foto maupun video. Waktu estimasi pendakian melalui jalur ini diperkirakan kurang lebih 8 jam untuk sampai ke puncak.

✓ BIAYA REGISTRASI TIKET & PARKIR
Sebelum melakukan pendakian, kami wajib untuk mengisi data diri dan melakukan registrasi di basecamp RECO (Relawan Ceto) dengan membayar tiket sebesar Rp. 20.000
Parkir sepeda motor berada satu kawasan dengan parkir pengunjung candi Cetho. Untuk biaya parkir bagi pendaki dikenakan tarif sebesar Rp. 10.000.

✓ PENDAKIAN GUNUNG LAWU

 
1. BASECAMP – CANDI KETHEK (1500 MDPL)
Setelah kurang lebih 15 menit berjalan dari basecamp, tim sampai di Candi Kethek. Sedikit berbicara sejarah mengenai candi ini yang dahulunya merupakan peninggalan kerajaan Majapahit dengan 4 terasnya yang bertingkat. Jalur pendakian menuju Candi Kethek terbilang relatif mudah, kita akan melewati jalanan semen dan batu.

2. CANDI KETHEK – POS 1 “MBAH BRANTI” (1702 MDPL)
Perjalanan menuju pos 1 mulai menanjak pelan. Jalur yang tadinya semen dan berbatu mulai berubah menjadi tanah yang di bagian kiri dan kanannya dipenuhi dengan pepohonan dan rerumputan. Suasana yang tenang dan udara segar disini seakan membuat kami nyaman dari hiruk pikuknya kota.
Semangat kami masih berapi-api . Setelah 50 menit berjalan dari Candi Kethek dengan langkah yang santai, akhirnya kami tiba di Pos 1 atau yang biasa disebut dengan Mbah Branti. Shelter di sini bentuknya sangat sederhana, temboknya terbuat dari spanduk bekas dengan papan nama yang menggantung di ujung kanan atapnya.

3. POS 1 – POS 2 “BRAK SENG” (1902 MDPL)
Setelah beristirahat sekitar 10 menit, tim melanjutkan perjalanan untuk menuju pos 2. Jalur yang dilalui hampir mirip seperti ketika berjalan dari Candi Kethek menuju pos 1, hanya saja pepohonan yang kami jumpai semakin besar dan ilalang tumbuh lebih tinggi.
Tim melangkahkan kaki untuk sampai di pos 2 kurang lebih 1 jam perjalanan. Setibanya di Pos 2, Brakseng, kami juga menjumpai shelter, namun kali ini lebih mewah. Tembok shelter di pos 2 kali ini terbuat dari seng, bukan lagi dari sisa spanduk. Letak shelter di Brakseng ini persis di bawah sebuah pohon besar. Luas wilayahnya pun hampir serupa seperti di Mbah Branti.

4. POS 2 – POS 3 “CEMORO DOWO” (2251 MDPL)
Sebenarnya dari awal, jalur yang kami lalui memang sudah menanjak, hanya saja dari Pos 2 ke Pos 3 ini tidak ada bonusnya alias full menanjak. Perjalanan inilah yang cukup menguras tenaga kami. Namun kabar baiknya di antara Pos 2 dan Pos 3 ini terdapat sumber air yang debit airnya cukup banyak, jadi para pendaki bisa memanfaatkannya untuk istirahat dan mengisi persediaan air secukupnya.
Setelah berjalan 2 jam akhirnya tim tiba di pos 3 atau yang biasa disebut dengan Cemorodowo. Luas pos ini sama lebarnya dengan pos 2. Terdapat bangunan kecil dan sederhana yang dapat digunakan untuk beristirahat.

5. POS 3 – POS 4 “PENGGIK” (2551 MDPL)
Setelah beristirahat untuk ngemil, minum serta ngerokok, tim melanjutkan perjalanan kembali menuju Pos 4. Tanah tempat kami lalui akan semakin dihiasi oleh akar-akar dari pepohonan sekitar. Sudut elevasi pun bisa mencapai 40 persen.
Waktu tempuhnya kurang lebih sama seperti dari Pos 2 ke Pos 3. Kurang lebih setelah berjalan 80 menit, tim menjumpai shelter di sebelah kiri yang lagi-lagi temboknya terbuat dari seng . Dalam panduan pendakian, dikatakan bahwa Pos 4 adalah Camping Area. Akan tetapi tim hanya melakukan istirahat saja di pos ini.

6. POS 4 – POS 5 “BULAK PEPERANGAN” (2850 MDPL)
Matahari mulai menutupkan wajahnya menandakan petang akan segera tiba. Dalam perjalanan menuju pos 5, tim harus lebih berhati-hati karena jalanan sudah tidak nampak lagi memaksa kami untuk menggunakan senter. Meskipun terdapat jalur yang landai, namun jalur menanjak tetap akan mendominasi. Tak jarang pula, disebelah kanan dan kiri jalur yang dilalui merupakan jurang yang cukup dalam.
Setelah berjalan kurang lebih satu jam, tim akhirnya tiba di pos 5, Bulak Peperangan. Karena hari sudah semakin larut malam, akhirnya tim memutuskan untuk bermalam dan mendirikan tenda. Pos 5 merupakan tempat yang ideal untuk para pendaki mendirikan tenda, karena di area ini terbilang datar dan sangat luas sehingga mampu untuk menampung puluhan atau mungkin ratusan tenda.

7. POS 5 – GUPAK MENJANGAN (2952 MDPL)
Setelah keesokan harinya, kami melanjutkan perjalanan dari POS 5 menuju ke pos selanjutnya. Kali ini mata kami benar" terpesona ketika melewati savana yang sungguh memanjakan mata yang berada di bumi Indonesia. Savana yang membuat langkah kami terhenti untuk mengucap rasa syukur atas keindahan yang telah diberikan secara gratis oleh Tuhan untuk kami nikamti. Tak lupa kami mengabadikan momen guna menceritakan kepada anak cucu kelak nantinya hehe.
Setelah cukup, tim bertemu dengan tanjakan yang cukup ringan. Satu-satunya tanjakan yang paling kami nikmati untuk kemudian tiba di pos Gupak Menjangan.
Jarak tempuh antar pos ini memakan waktu kurang lebih 30 menit. Sama halnya seperti Pos 5, di Gupak menjangan ini juga tidak terdapat shelter dan merupakan camping area. Jadi kalau tidak kebagian tempat di Pos 5, pendaki dapat membangun tenda di sini.

8. GUPAK MENJANGAN  – PASAR DIENG (3104 MDPL)
Berjalan dari pos Gupak menjangan menuju Pasar Dieng, tim masih akan melewati padang savana. Batas vegetasi savana ini terletak di tanjakan pertama sebelah kanan saat menuju Pasar Dieng. Pemandangan padang savana yang luasnya kebangetan membuat mata kami lagi-lagi dimanjakan. Tak kalah indahnya dengan Savana sebelumnya. Tak lupa juga disini kami mengeluarkan kamera untuk mengabadikan momen.
Perjalanan menuju Pasar Dieng, tim melewati jalur yang bertanah dan berakar. Dengan ditemani pemandangan savana di sebelah kiri membuat rasa lelah kita sejenak hilang dan terbayarkan. Pemandangan sebelum puncak saja sudah indah ini, lalu bagaimana dengan keindahan yang disuguhkan dipuncak nanti ? tim semakin semangat untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak.

9. PASAR DIENG – PUNCAK HARGO DALEM (3170 MDPL)
Menurut mitos, terdapat cerita seru di pasar dieng. Konon katanya, tempat ini merupakan gerbang masuknya mahluk-mahluk gaib yang menghuni di gunung ini. Pasar Dieng di Gunung Lawu ini mungkin bisa disamakan dengan Pasar Bubrah di Gunung Merapi.
Menurut beberapa informasi yang kami dapatkan, kita tidak dianjurkan untuk melanjutkan perjalanan ketika sampai di Pasar Dieng turun kabut dengan lebatnya, sehingga menghalangi pandangan mata. Mungkin kabut di Pasar Dieng ini bisa menjadi indikator juga kalau di atas sana (Hargo Dalem) juga sedang dalam keadaan berkabut.
Jarak dari Pasar Dieng menuju Hargo Dalem kurang lebih hanya 15 menit saja. Hargo Dalem sendiri merupakan salah satu puncak di Gunung Lawu, hanya saja bukan puncak yang tertinggi. Di Hargo Dalem ini terdapat sebuah pondok untuk melakukan ritual seperti berdoa, semedi, atau semacamnya. Hargo Dalem dipercaya sebagai tempat moksa-nya (mencapai kesempurnaan) Prabu Wijaya V dari kerajaan Majapahit.

10. PUNCAK HARGO DALEM – PUNCAK LAWU HARGO DUMILAH (3265 MDPL)
Salah satu yang menjadi titik peristirahatan sebelum menuju ke puncak ialah warung makan Mbok Yem. Tidak sulit untuk menemukannya karena terdapat spanduk besar bertulisan nama beliau di depan warung. Belum sah kalau mendaki Lawu tetapi tidak mencicipi nasi pecel di warung tertinggi di Indonesia ini. Untuk mendapatkan nasi pecel dan segelas teh hangat kita perlu merogoh kocek sebesar 20 ribu rupiah. Sambil menikmati makanan dan minuman, kita disuguhkan pemandangan di ketinggian lebih dari 3000 MDPL. Bayangin saja gimana kenikmatannya bro..

11. PUNCAK TERTINGGI HARGO DUMILAH (3265 MDPL)
Setelah selesai beristirahat untuk mencicipi nasi pecel mbok yem, tim melanjutkan perjalanan ke puncak yang hanya ditempuh dengan 10 menit saja. Masih sama seperti di Pasar Dieng, tanaman yang akan mendominasi di sekitar jalur menuju puncak adalah pohon Cantigi.
Setibanya di puncak, sebuah monumen dengan 4 sisi yang salah satunya bertuliskan “Puncak Lawu Hargo Dumillah 3265 DPL” menyambut para pendaki. Rasa syukur kami panjatkan ketika langkah kami tiba di puncak tertinggi gunung Lawu.
Sayang sekali ketika kami tiba disana sudah pukul 11 Siang. Pemandangan gunung dan lautan awan tidak kita jumpai. Akan tetapi tak menjadi alasan untuk tetap kami bangga sampai di titik ini.

ESTIMASI WAKTU PENDAKIAN
Basecamp – Candi Kethek : 15 Menit
Candi Kethek – POS 1 : 50 Menit
POS 1 – POS 2 : 60 Menit
POS 2 – POS 3 : 120  Menit
POS 3 – POS 4 : 80 Menit
POS 4 – POS 5 : 60 Menit
POS 5 – Gupak Menjangan : 30 Menit
Gupak Menjangan – Puncak Hargo Dalem : 50 Menit
Puncak Hargo Dalem – Puncak Hargo Dumilah : 15 Menit

TIPS PENDAKIAN GUNUNG  LAWU VIA CETHO
- Persiapkan stamina yang fit
- Tulis semua perlengkapan yang akan dibawa agar tidak ada yang ketinggalan
- Rajin berolahraga sebelum mendaki baik dipagi hari maupun sore hari
- Pahami Medan track nya sebelum kegiatan pendakian dilakukan
- Usahakan salah satu dari tim sudah memiliki pengalaman dalam hal pendakian
- Jika lelah jangan memaksakan untuk berhenti, harus istirahat ! Jangan malu untuk bilang kepada tim karna mendaki bukanlah mengumbar gengsi !
- Berdoa dan selalu jaga ucapan ketika pendakian dilakukan
- Jangan meninggalkan satupun teman kita ketika sedang beristirahat karena lelah. Usahakan semuanya harus saling mengerti dan memahami.
- Karena pandemi belum sepenuhnya hilang, maka tetap patuhi protokol kesehatan dengan tetap memakai masker, jaga jarak, membawa handsanitizer dan juga menjaga kebersihan.
- JANGAN MENINGGALKAN SAMPAH APAPUN ! Usahakan membawa trash bag untuk membawa sampah makanan, minuman, tissu, puntung rokok dll.
- Selamat Mendaki :)

(Fata Imad)



Posting Komentar untuk "Pendakian Gunung Lawu Via Cetho (Eksotisme Hamparan Savana)"