Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Air Terjun Mongkrong : Solusi Rekreasi di Masa Pandemi

Foto: Air terjun pertama Mongkrong/ Desty Luth

MATA BUDAYA- Memilih tempat rekreasi di masa pandemi memang cukup sulit. Selama masa pandemi mungkin stay at home atau bahasa sarkasnya rebahan adalah kunci untuk upaya penyelamatan dunia. Sudah sejak bulan Maret tahun lalu banyak iklan-iklan untuk tetap dirumah bagai di bombardir terus menerus. Bisa dibayangkan bagaimana jika semua rakyat Indonesia menuruti ujaran pemerintah untuk terus mematuhinya selama menahun. Mau jadi apa kita ? arem-arem  hahaha... eh enggak, bercanda.

Tapi memang akibat pandemi ini serasa satu tahun ini adalah tahun yang sangat-sangat menyedihkan. Karena? Semua hal yang dilakukan rasanya mandek dan waiting progress. Memang tidak ada habisnya ya, ngomongin pandemi sia**n ini. Ya, sudahlah banyak sekali hal yang bisa dilakukan selain goleran.

Kali ini Mata Budaya akan  membagikan pengalaman berekreasi saat masa pandemi. 

Vacation keliling Indonesia lewat tiket.com

Hari ini seperti biasa, karena aku tinggal ditempat yang cukup dingin dan hujan turun setiap sore. Hari-hari seperti biasa, dan ingin mencari hal baru. Pukul 06.30 kuberangkat dari rumah untuk mencari tembah baru menenangkan jiwa dan pikiran. Laju sepeda motor kami menuju tempat yang tidak begitu jauh dari rumah. Kami menuju lereng Timur Gunung Merbabu.

Di tulisan sebelumnya kami sudah menulis tentang lereng Timur Gunung Merbabu Air Terjun Semuncar. Kini kami kembali membuat ulasan singkat tentang air terjun di Lereng Timur Gunung Merbabu bernama air Terjun Mongkrong. Letaknya di Dusun Mongkrong, Desa Jlarem, Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. 

Laju kendaraan kami berhenti di pemberhentian terakhir dusun Mongkrong. Tepat dibawah tower, kami menitipkan motor disalah satu rumah penduduk. Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri jalan setapak. Menaiki jalan yang lumayan terjal. Langkah kami terus lurus menuju puncak. Suasana hutan begitu khas. Pohon-pohon ikut bernafas bersama kami. Deru nafasnya terdengar begitu lembut dan segar.

Kami terus berjalan menebas semak belukar. Sesekali kulit di pergelangan tangan terkena duri sampai mengelupas, Itu bukan menjadi masalah besar untuk kita berhenti diperjalanan ini. Terlihat dari atas, pemandangan yang begitu memanjakan mata. Gunung Telomoyo, Andong, Sindoro, Sumbing terlihat dari sini. Aku tidak tau pasti berapa ketinggian tanah yang aku pijak ini dari atas permukaan laut. Tapi yang jelas kami sangat menikmatinya.
Foto : Hutan Lereng Merbabu sisi Timur/ Desty Luth

Sekitar 30 menit berlalu kami sampai di sungai pertama. Air disini begitu segar sampai tak henti-hentinya aku meminumnya. Hanya dengan kedua tangan ini, kualih fungsikan mendadi wadah. Dingin dan segar, sudah mengalahkan merk air mineral dari pegunungan atau yang ada manis-manisnya.
Foto : Puncak Air Terjun Mongkrong/ Desty Luth

Kemudian, kami beristiratat cukup lama senambi mencuci muka. Benar-benar sensasi yang luar biasa. Kaki kananku kumasukkan ke aliran sungai yang tidak terlalu deras itu. Dan benar saja, rasa linu menjalar ke tulang kaki seperti air es batu yang sedang mencair. Tapi masih tidak masalah dan aku menikmatinya.

Setelah selesai dengan peristirahatan. Kami melanjutkan perjalanan lagi untuk sampai kepuncak air terjun. Mungkin ini memang bukan perjalanan pertama kalinya. Tetapi aku tetap ingin kembali dan kembali menikmatinya, rasanya tidak akan pernah bosan. 

Air Terjun Mongkrong, memiliki debit air yang lebih kecil dibandingkan dengan air terjun Semuncar. Air mengalir hanya pada musim penghujan saja. Meski demikian, kesegaran dan nuansa khas air pegunungan tetap melekat dalam seriap aliran di sungai ini.
Disini kita bisa menikmati pesona curug 3 tingkat yang mengagumkan. Air terjun yang masih perawan dan semoga selalu terjaga kealamiannya.

Bertemu Goweser 
Perjalanan ini kulakukan hanya dengan dua orang. Dengan tekan yang matang kami terus berjalan menikmati keindahan ciptaan Tuhan yang indah ini. Tidak peduli bahwa dua orang wanita yang melakukan perjalanannya sendiri. Ketika di puncak curug, kami bertemu dengan Bapak-Bapak rombongan pesepeda (PSO) di area Tengaran. Mereka memarkirkan sepedanya di bawah tower dan melanjutkan perjalanan tracking. Kami berbincang sebentar lalu memutuskan untuk pulang. 

Foto : Rombongan pesepeda yang tracking sampai puncak curug.


Ternyata sama halnya dengan apa yang kami lakukan, rombongan Bapak pesepeda itu mencari kegiatan untuk mengisi hari di masa pandemi dengan cara berolah raga. Salah satu dari Bapak itu menuturkan alasannya datang ke air terjun Mongkrong karena menghindari tempat rekreasi dikeramaian. Rekreasi tidak melulu harus ketempat ramai, coba lihat sekeliling kita amati, pahami, dan eksplorasi. Banyak tempat unik di pelosok negeri ini, yang tentunya belum banyak yang menguliknya.

Meski sudah memilih tempat rekreasi di pasa pandemi yang jarang pengunjungnya namun, dimanapun kalian berada tetap ikuti protokol kesehatan ya.  (Desty Luth)

2 komentar untuk "Air Terjun Mongkrong : Solusi Rekreasi di Masa Pandemi"

  1. Menjauh sejenak dari hiruk pikuk keramaian kota memang jadi kesan tersendiri untuk melepas penat kak 😍

    BalasHapus